Cangkir Teh

Ada apa dengan cangkir teh? Apakah ia begitu istimewa sampai artis Lady Gaga menentengnya ke mana-mana? Mengapa bukan tekonya? Kan lebih keren, lebih besar. Entahlah, tanya sendiri kepada yang bersangkutan.

Saya terpikat dengan cangkir teh bukan karena Lady Gaga, melainkan karena ceramah aa Gym tentang filosofi teko dan cangkir. Kata beliau, cangkir harus diletakkan di bawah, teko di atas supaya air teh bisa mengucur ke dalam cangkir. Saat belajar, manusia harus seperti cangkir teh, selalu merendah sehingga ilmu pengetahuan akan mudah masuk. Kalau cangkirnya diletakkan lebih tinggi dari teko, mana bisa air dari teko masuk ke cangkir?

Merendah ternyata tidak mudah. Saat kita berada di posisi rendah, beberapa orang mungkin akan memandang sebelah mata. Saya jadi teringat komentar seorang kawan saat saya menerima jabatan yang lebih rendah dari sebelumnya, "Kalau saya sih lebih baik jadi kepala kucing daripada buntut harimau."
It's ok lah, buntut harimau juga lumayan, mahal kalau dijual.

Namun bukan itu yang jadi masalah. Justru saat merendah, kita akan mudah jadi sombong. Kita bisa puas menertawakan senior atau boss yang sok tahu padahal tidak tahu. Kalau sudah begitu, mana bisa kita belajar? Belajar dari kesalahan orang lain.