Minggu, 22 Januari 2012

Mari Kita Mengintip!

Acara hari ini berenang bersama 3 keponakan yang masih duduk di bangku SD, SMP, dan SMA. Kalau urusan renang, saya masih kalah ilmu dari mereka. Berkali-kali mereka mengajak saya berenang bersama, tetapi saya cuma cengar-cengir di bagian kolam yang airnya setinggi pinggang. Butuh beberapa menit untuk mengumpulkan keberanian pindah ke tempat yang lebih dalam. Setelah mempertimbangkan segala resiko, untung, rugi, dll, akhirnya saya berenang juga dengan gaya yang paling saya kuasai : meluncur.

Saat kepala menyembul dari dalam air, saya melihat beberapa anak kecil (kira2 SD kelas 2 - 3) sedang belajar berenang. Mereka menggunakan beberapa alat bantu, seperti pelampung di bagian punggung, papan luncur, dan sepatu katak. Saya mengamati bagaimana mereka belajar dan juga menyimak arahan guru mereka dengan seksama. Setelah itu, saya merasa termotivasi untuk mempraktekkan "pelajaran gratis" yang saya dapat di tempat yang lebih dalam, sebahu. Saya pikir, saya tidak usah khawatir tenggelam akibat kram kumat atau salah gaya karena di pinggir kolam ditempatkan beberapa penjaga kolam yang siap siaga menolong. Atau kalau saya benar-benar tenggelam, saya tidak akan malu-malu amat karena hari itu saya tampil penuh gaya, memakai baju renang muslim model terbaru, lengkap dengan penutup kepala dan kacamata renang (hehehe....narsis abis).

Mengamati atau observasi adalah salah satu gaya belajar yang murah dan praktis karena kita tidak perlu membayar guru, menghadiri kelas, membaca diktat, dan jadwal belajar bisa disesuaikan dengan kesibukan kita, misalnya saat jam kosong. Gaya belajar ini efektif jika gaya belajar Anda cenderung Visual (Untuk mengetahui gaya belajar Anda, silahkan ikuti tes VAK yang saya kutip dari www.businessballs.com ). Saya lebih senang menyebut metode ini dengan "Metode Mengintip". Siapa yang bisa Anda intip? Tentu saja rekan kerja Anda sesama guru. Biasanya saya mengintip guru ekspatriat untuk menambah pengetahuan tentang metode mengajar dan guru TK untuk menambah pengetahuan tentang display kelas (kebetulan TK dan SD berada dalam gedung yang sama).

Beberapa tips yang harus diperhatikan saat mengintip :
  1. Mengintiplah dengan baik dan benar, jangan sampai kehadiran Anda merusak konsentrasi siswa dan guru. Anda cukup melintas di depan kelas, tidak perlu mendekati jendela, cukup melirik. Atau Anda dapat berhenti sejenak dan mengamati sebentar dari pojok yang aman.
  2. Mintalah izin kepada guru yang sedang mengajar untuk hadir di kelas. Anda dapat duduk di belakang, bisa sambil mengerjakan sesuatu (siswa biasanya sesekali akan menoleh ke arah Anda atau guru malah grogi merasa "disupervisi" oleh Anda) atau berperan sebagai asisten guru (membagikan kertas/buku, membantu menghapus papan tulis, dll)
  3. Mintalah izin kepada kepala sekolah dan rekan guru tentang kegiatan Anda ini agar Anda tidak dicap kurang kerjaan. Syukur-syukur kegiatan ini bisa ditingkatkan menjadi program Class Visit.
  4. Lakukan sesekali saja, saat Anda benar-benar sempat. Jangan sampai kegiatan ini menguras tenaga dan mengganggu pekerjaan utama Anda.
  5. Anda dapat mengintip kelas mana saja, tidak harus kelas yang sama dengan kelas yang Anda ajar.
  6. Jangan lupa, aplikasikan dan modifikasi hasil mengintip Anda ke dalam RPP.
Bagaimana? Mudah bukan? Ayo kita mengintip...eh, belajar!




Kamis, 19 Januari 2012

Marilah Kita Berhemat!

KBM mulur, tdk sesuai RPP gara-gara disuruh rapat mewakili kepsek. Agenda rapat : membahas permendikbud no. 60 tahun 2011  tentang larangan pungutan biaya pendidikan. Alasannya dana BOS sudah naik jadi Rp. 580rb/siswa/tahun. Kasihan para kepsek, terutama sekolah negri dan sekolah swasta kecil penerima dana bos, harus memeras otak untuk ngirit dana tersebut agar cukup buat pengadaan buku, LKS, fotokopi, bayar listrik, telepon, internet, mbetul2in pintu, genteng bocor, meja kursi reyot, dll (rincian baca di sini) di saat para wakil rakyat kita duduk-duduk di atas kursi seharga Rp24 juta. Alokasi dana untuk training guru era baru? Monggo atur-atur sendiri, bisa dari uang sertifikasi, hasil kerja sampingan atau jual warisan bagi yang baru mulai kerja tahun 2005.

Sabtu, 14 Januari 2012

Siap-siap!

Masih membuat persiapan untuk minggu depan. Ternyata banyak juga. Mudah-mudahan selesai tepat waktu.

Jumat, 13 Januari 2012

My New Homework

Hari ini asyik ngutak-atik blog, ngintip blog orang & nge-twitt (meskipun blm pny temen.....kacian deh!). Gara-gara keasyikan, sampai lupa untuk nyicil pekerjaan, dari 12 baru beres 1....ckckck. Padahal ngurus blog & nge-twitt tidak ada dalam daftar pekerjaan. Yang 11 besok aja, deh. Sekarang udah malem. Selamat tidur Indonesia!

Cangkir Teh

Ada apa dengan cangkir teh? Apakah ia begitu istimewa sampai artis Lady Gaga menentengnya ke mana-mana? Mengapa bukan tekonya? Kan lebih keren, lebih besar. Entahlah, tanya sendiri kepada yang bersangkutan.

Saya terpikat dengan cangkir teh bukan karena Lady Gaga, melainkan karena ceramah aa Gym tentang filosofi teko dan cangkir. Kata beliau, cangkir harus diletakkan di bawah, teko di atas supaya air teh bisa mengucur ke dalam cangkir. Saat belajar, manusia harus seperti cangkir teh, selalu merendah sehingga ilmu pengetahuan akan mudah masuk. Kalau cangkirnya diletakkan lebih tinggi dari teko, mana bisa air dari teko masuk ke cangkir?

Merendah ternyata tidak mudah. Saat kita berada di posisi rendah, beberapa orang mungkin akan memandang sebelah mata. Saya jadi teringat komentar seorang kawan saat saya menerima jabatan yang lebih rendah dari sebelumnya, "Kalau saya sih lebih baik jadi kepala kucing daripada buntut harimau."
It's ok lah, buntut harimau juga lumayan, mahal kalau dijual.

Namun bukan itu yang jadi masalah. Justru saat merendah, kita akan mudah jadi sombong. Kita bisa puas menertawakan senior atau boss yang sok tahu padahal tidak tahu. Kalau sudah begitu, mana bisa kita belajar? Belajar dari kesalahan orang lain.